Rabu, 18 Desember 2013

Bersantan di Sie Manok dan Gulai Kepala Ikan 2/2 (5-100)


Apa yang terbayang di kepala kamu dengan lauk ikan? Kalau saya, makan ikan yang digoreng kering atau bakar dengan sambal dan lalapnya. Tiap-tiap orang, mungkin punya persepsi yang berbeda beda dalam kebiasannya mengonsumsi ikan. Beberapa mungkin terbayang makan ikan mentah yang dibuat sushi atau sashimi. Atau sebagian ada yang terbayang makan ikan dengan cara ditim atau disop. Sepertinya semua bergantung kepada budaya dan kebiasaan makan yang pernah setiap individu alami sewaktu kecil.

Nah, bagaimana kalau topiknya diperkecil dengan bagian ikan yang biasa dimakan? Denger denger sih, banyak yang berpendapat bagian ikan yang paling enak itu perutnya karena dibagian situlah daging ikan yang paling tebal. Otomatis memberikan rasa gurih dan pastinya lezat.

Berbeda ikan, berbeda juga bagian tubuh yang bisa dikonsumsi. Seperti salmon yang bisa dikonsumsi hampir semua bagiannya. Kulit salmon bisa dibuat goreng kering, telurnya disajikan di sushi dengan sebutan ikkurachan sushi.  Lalu kepala salmon juga bisa dikonsumsi lho. Sebenarnya saya sedikit bingung dengan bagian kepala ini. Bagian mana sih yang membuat orang suka mengonsumsinya. Masalahnya, daging yang ada di kepala kan nggak sebanyak yang ada di badan bukan?


Ada satu Budhe saya yang gemar makan kepala ikan. Jadi, kalau kita makan ikan bersama sama,  pasti dengan ikhlas dan serta merta, kita persilahkan bagian tersebut untuk beliau. Balik lagi ke kodratnya sih kalau setiap orang memiliki selera yang berbeda beda terhadap suatu hal. Saya jadi teringat teman saya yang meng-admire sekali makan leher ayam. Sampai sampai sempat rebutan untuk mendapatkan bagian itu. Saya pun bingung dibuatnya kala itu. Ih darimana enaknya ya?

Bahasan resep kali ini adalah gulai kepala ikan yang masih berasal dari daerah Aceh. Kepala ikan yang digulai kemarin mengikuti dengan apa yang dituliskan di buku. Pada buku dituliskan kepala ikan kakap putih. Kemudian saya mencoba mencarinya di supermarket. Eh dengan mudahnya ternyata kepala ikan kakap putih sudah dikemas dalam pack plastik. Wah senang sekali saya, nggak usah beli ikan kakap putih yang utuh kalau begitu. Jadi bisa menghemat budget pikir saya. Harganya pun nggak mahal mahal banget kok.

Eh jangan seneng dulu. Ketika wrapnya saya buka di rumah, ternyata kepala ikan yang sudah di pack itu cuma sebelah aja. Sisanya adalah bagian buntut dan bagian atas ikan. "Lah gak asik dong", keluh saya sambil mesem mesem. Sudah begitu masih baca sisa sisik sisik yang tidak ikut terbuang pada saat dibersihkan. Hingga saya dikomplen orang rumah deh karena ada yang ikut termasak ke dalam gulai.

Baiklah, saya akan menceritakan proses membuatnya sekarang. Jadi, bumbu dan rempah yang mesti diulek untuk Gulai Kepala Ikan ini jumlahnya nggak sebanyak resep Sie Manok. Lalu karena Gulai ini saya anggap sebelas dua belas dengan sop, jadi saya memberi santan yang encer. Ternyata saya baru tahu, kalau masak gulai ikan berbeda dengan masak gulai sapi atau kambing. Ikan yang ada tidak perlu dimasak berlama lama. Malah seharusnya dicemplungin aja sebentar setelah bumbu gulainya sudah pas di lidah. Mengapa? Soalnya saya memasak agak lama dan membuat tampilan si kepala ikan tidak berbentuk lagi. Jadinya gambar yang di atas sudah gak tahu deh, itu bagian badan, kepala, atau buntut ikan.

Keunggulan rasa Gulai Kepala Ikan, masih juga dipengaruhi sama aroma dan rasa daun kari yang ada di resep ini. Kalau si daun kari ditiadakan atau diganti dengan yang lain, pasti rasanya akan berbeda deh, suerrr... Dibandingkan dengan Sie Manok, keluarga saya lebih menyukai rasa Gulai Kepala Ikan. Katanya, terlalu banyak rempah di dalam Sie Manok. Mungkin rasa pekak dan pala yang agak dominan harus dikurangi dari resep yang diberikan. Besok besok, mungkin saya akan masak ikan lainnya yang bukan bagian kepala tetapi dengan kuah gulai ini. Pasti saya yang lebih menyukai makan daging ikan ini akan lebih menikmati waktu menyantapnya.

Rasa: 4,5 dari 5
Tingkat kesulitan memasak: Mudah
Tingkat kesulitan bahan: Sedang (Daun Kari)
Modifikasi resep: Tidak diperlukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar