Minggu, 24 Juni 2018

Apa yang Gua dapet Tentang Turki


Kalau membaca blog atau cerita perjalanan di Turki di internet, beberapa mainstream sekali isinya. Contohnya, naik balon udara, pose di Library Ephesus, atau makan Turkish Ice Cream yang dipermainkan oleh penjualnya. Betul kan? Karena itu saya ingin menulis sesuatu yang berbeda. Tapi, CMIIW, pengalaman ini ditarik dan disimpukan saya selama 8 hari menginjakan kaki di Turki. I am open for any correction.

Batas Suci Mesjid/Musholanya Beda
Beberapa kali di tempat belanja atau lokasi wisata, saya sengaja ambil posisi paling depan kalau berjalan bersama rombongan tur. Tujuannya gak muluk muluk kok. Pertama, supaya dapet foto tanpa kerumunan orang banyak. Kedua, kalau ada yang bagiin sampel gratis, saya yang bisa nyicipin terlebih dahulu  :p

Tapi, ada satu cerita yang agak berbeda gara gara saya start nya duluan. Bisa jadi saya yang agak kurang beruntung. Tepatnya ketika petang, di mesjid yang bernama Isa Bey. Lokasinya ada di Kusadasi. Nggak semua tur travel pergi ke mesjid ini. Untuk masuk ke area halaman mesjid, ada undakan tangga yang tidak terlalu tinggi. Sesampainya di atas,  terdapat taman kecil yang di kelilingi reruntuhan bangunan khas romawi yang masih terjaga keasriannya. Ternyat, reruntuhan ini memiliki material yang sama dengan Kota Kuno Ephesus. DI tengah taman tersebut terdapat lokasi wudhu dan kursi yang menghadap Masjid Isa Bey.

Karena saya kurang tertarik dengan taman yang kecil. Saya masuk menuju masjid paling awal. Begitu saya mau masuk melewati pintu, refleks alas kaki yang saya pakai dilepas sebelum pintu. Dimana ada lantai dari awal masuk pintu hingga undakan yang beralaskan karpet. Saya pun jalan dengan kaki telanjang sambil mengamati interior masjid yang dibangun di tahun 1374. Lalu, seorang Bapak Tua pun langsung bertanya asal saya dari mana? Setelah saya jawab, dia memanggil saya sambil sibuk menulis sesuatu di secarik kertas. “Eh dapat lotere nih” pikir gua.

Tapi ternyata harapan itu pun sirna #yakeles. Di secarik kertas yang hanya berukuran 10x10cm ternyata dijelaskan dengan bahasa Indonesia. Kalau batas suci di masjid itu adalah ketika kaki ini akan naik ke atas karpet. Bukan seperti di Indonesia yang tepat sebelum tempat wudhu atau pintu masuk masjid.


Lah terus karena saya sudah kepalang dibilang haram atau najis. Jadilah saya pakai sepatu secepatnya (supaya gak dipelototin). Saya pun ikut mewarning rombongan yang mau masuk dan melepas alas kaki persis seperti saya. Bapak yang tadi pun juga masi sibuk untuk mewanti wanti rombongan yang datang setalahnya.


Sebenernya walau udah pernah diwarning, kami seringkali kagok untuk menyesuaikan dengan budaya setempat. Berbagai cara WNT (Warga Negara Turki) memfasilitasi jamah yang mau shalat supaya kakinya tetap bersih nan jauh dari najis. Contohnya, ada mushola yang memberikan sandal (Tapi seringnya jumlahnya sedikit) atau ada juga yang menyediakan tisue. Jadi sepatu dicopot tepat di lokasi wudhu. Dan di atas kerannya sudah disediakan tisue gulung yang bisa diambil sebanyak banyaknya untuk mengeringkan kaki. Alasan kedua kagoknya menurut saya, karena perginya sesama orang Indonesia. Jadi kebiasaan banget buat copot sepatu dengan bebasnya. 

Walaupun sudah melewati pengalaman tersebut. Di hari terakhir ketika akan shalat Dzuhur di Bandara Sabiha. Marbot yang jaga Mushola tetap ngomelin karena.... kita juga sih yang gak inget. Intinya selesai wudhu, lap deh tuh kaki yang basah dengan tisue yang sudah pasti ada dan disediain gratis tis. Beda sama di Indo yang sabun belum tentu ada. Apalagi tissue....

Males Adzan
Kalau dilihat dari letak geografisnya, entah kenapa otak saya suka sekali berpikir kalau negara negara yang berdekatan dengan Saudi Arabia lebih mudah untuk menerapkan praktik ajaran agama islam. Apalagi kalau merdekanya sudah lama. Dan yang memerdekakan memang benar benar teguh memegang nilai nilai islam.

Turki yang sangat terkenal dengan cerita perebuatn Konstantinopel (bagian negaranya yang ada di Eropa) oleh Muhammad Al Fatih, sangat jomplang ketika negaranya dipimpin dengan sistem kekuasaan yang sekuler. Yaitu berlangsung sejak tahun 1930-an. Salah satu cirinya, adalah bangunan Hagia Sophia yang dirubah fungsinya dari mesjid menjadi museum hingga saat ini. Nah sampai sekarang interior museum ini juga masih banyak aktifitas renovasi. Alasan dilakukannya dan rumornya tidak akan pernah selesai karena khawatir dialihfungsikan kembali menjadi mesjid oleh masyarakat Turki.

Nah, sebagai masyarakat Indonesia yang pernah mendengar sayupan berita berita nan indah ketika Presiden Erdogan didukung penuh oleh WNT. Terutama ketika adanya berita kudeta kedua dimana bandara sampai dikuasai militer. Ada lagi video dan berita yang menunjukkan WNT shalat subuh berjamaah yang memenuhi masjid masjid. Pasttnya membuat saya makin penasaran tentang WNT ini dalam mempraktikan syariat islam.


Rasa penasaran saya mulai terjawab secara tidak memuaskan perlahan lahan. Dimulai dari kota pertama yang saya sambangi ketika datang ke Turki, Bursa. DI Bursa, kayaknya semua warga Indo yang ikut travel rata rata dibawa ke hotel KarvenSaray. 
Sebelum rombongan turun dari Bus untuk beristirahat dan makan. Semuanya diingatkan bahwa akan ada morning call ke setiap kamar jam 5 pagi untuk Shalat Subuh. Kalau berpatokan ke aplikasi shalat, saat itu waktu dimulainya subuh adalah jam 4.57 pagi. Maka pasti kami shalat jam 5 pagi. Sesudahnya, kami pun siap siap untuk berkemas. Nah ini dia gongnya. Pada pukul 5.20 baru lah terdengar suara adzan subuh dari luar hotel. Jadi lah kami bertanya tanya, siapa ini yang eror? Aplikasi handphone atau masjid setempat?

Sesampainya di bus, banyak anggota rombongan yang bingung dengan adzan yang gak sesuai ini. Lokal guide yang bersama kami pun menjelaskan. Kalau ternyata Habit WNT memang malas malas. Jadi adzan dikumandangkan biasanya 20-30 menit setelah waktu yang real time atau seharusnya. Waduu...

Salah satu bucket list saya juga pingin membuktikan masjid yang penuh di waktu subuh. Eh gak taunya, mesjid yang diceritakan itu adanya di Ankara, Ibukota Turki. Laah, saya pikir di mesjid kota besar kayak Istanbul. Jadi agak gagal ya memahami negara tetangga yang jauh ini.

Sabtu, 17 Februari 2018

Trung Nguyen Coffee Review -Saigon-

Saigon atau yang sakarang kerap dikenal dengan Ho Chi Minh adalah ibukota Negara Vietnam yang memiliki banyak ragam kuliner. Salah satunya adalah kopi. Bak seperti Indonesia yang belum disokong dan promosi jor joran mengenai hasil buminya. Memilih kopi lokal yang enak menjadi agak sulit buat gua dan dua orang temen nge-trip yang bukan coffee expertise. Ditambah kita juga enggak terlalu niat browsing via mbak google, sehingga pilihan bertanya ke receptionist hostel menjadi pilihan. 

Gua: Mbak, mbak. Di dekat sini coffee shop yang enak dan tempatnya asik apa namanya?
Mbak Receptionist: Hmm.. (sambil tersipu malu)... Apa ya....?

Kami pun menunggu isi jawaban dari si Mbak

Mbak Receptionist: Banyak kok, semuanya juga terkenal hohoho (sambil ketawa sok manis)

Gubrak!!!

Jumat, 16 Februari 2018

Espressino Review

Kopi yang enak itu, yang tempatnya asik. Setuju? Kalau buat saya pribadi, yang lebih memilih teh dibandingkan kopi. Jadi bias antara kopi yang enak, biasa, dan enak sekali. Mau brand nya merek Bintang Jatuh, Microsoft Excel, yang penting tempatnya nyaman, musiknya asik, dan harganya nggak over price (Yang terakhir pasti pada setuju sama saya).




Review pertama ini saya mulai dari Kedai Espressino yang berada di Jalan Bango Raya (di bawah naungan jalan tol Depok Antasari yang masih dibangun), Pondok Labu, Jakarta Selatan. Paling gampang sih cari aja, Sekolah Al-Jabr. Mungkin kalau weekday, isinya mama mama yang nunggu anaknya sekolah. FYI, saat ini jam bukanya masih dari jam 09.00 - 17.00 WIB as a starter they said. Karena gua kemarin sore tiba jam 17.00 an dan sudah tutup (pengunjung kecewakkk).  Sebagai kedai kopi yang lumayan punya banyak saingan di sekitarnya dengan kombinasi barbershop. Kedai Espressino tampil chic karena desain eksteriornya yang berlatarkan warna biru muda. Bahasa orang desainnya Baby Blue (nge-google duluk).


Kopi yang ditawarkan berasal dari mixing kopi gayo dan toraja (hasil interview dengan mas barista, bukan dari papila lidah gue). Ambience kedai Espressino ini asik kok, terlebih pagi-pagi sendu begini lagu yang dimainkan adalah lagu lagunya Maroon5. Selain ngopi, Espressino juga menjual makanan berat seperti nasi goreng, spaghetti, soto betawi, dan ada juga cakes of the day. Pilihan gua jatuh ke hot cappuccino yang rasanya.... Ok gua bukan coffee expert. Rasanya ya rasa cappuccino aja tapi karena gua melihat sang barista pakai susu merek Green Field, dimana toko sebelah pakai lokal. Logika berpikir gua menyimpulkan kopinya enak untuk penggila dan penggemar minuman berkafein ini.





Dari segi harga, kedai ini memberikan harga yang variatif. Misal kamu lagi gak punya uang banyak karena udah tanggal tuak, bisa juga beli es kopi susu yang harganya cuma Rp,18.000 (sebelom pajak). Atau gak suka ngopi tapi butuh untuk ikut gaul sama temen temen yang kekinian bisa juga beli es tehnya aja yang merupakan pilihan bijak untuk kaka kaka atau dede dede SMA dan SD terdekat.

So! Rakyat Jaksel yang pingin gaul, maybe you need to chill out, hang out pamer, or sekedar numpang kerja dan menumpahkan ide kreatif seperti gua yang nan single but happy ini. Tunggu apa lagi, buat dirimu lebih gaul dan berfaedah!!!
...
..
.
.
.
Setelah selesai membuat posting dari blog ini, playlist nya masih Maroon5... (untung enggak kaya kaset ngadet yang playlistnya dikit dan ngulang ngulang lagunya)