Sate Taichan, berderet deret tenda kaki lima di bilangan Senayan, Jakarta Selatan berjualan dengan nama yang sama ketika saya melaluinya dengan ojek online. Saya pun penasaran dan bertanya kepada driver tentang sate taichan. Kata driver, perbedaannya ada di bumbunya yang bukan kacang. Saya pun cuma mengiyakan saja, sambil memerhatikan kalau rata rata semua kaki lima memiliki pembelinya masing masing.
Singkat cerita, di lain waktu saya pulang kerja dan berhenti sejenak di bilangan Blok M. Kala itu, saya merasa masuk angin dan harus mengisi perut dengan makanan. Efek ini terjadi karena saya sempat telat makan. Kalau orang lain ada yang malah sakit lambungnya, jika saya naiklah asam lambungnya. Efeknya adalah pembuluh darah menyempit, kepala pening, dan mual.
Kalau sudah begitu, selain mengeluarkan isi lambung. Saya harus mengisi perut walaupun hanya bisa sedikit. Biasanya makanan manis, atau berrempah seperti jahe adalah penolong yang paling handal. Maka malam itu, satu pedagang kaki lima yang menjual sate jadi pilihan saya.
Ketika memesan, dia menanyakan ke saya. Mau bumbu kacang atau taichan? Langsung saya menjawab kacang tanpa pikir panjang.
Baru termakan dua tusuk dan dua lontong, saya tidak bisa memasukkan makanan lebih banyak. Akhirnya saya meminta abang penjual untuk membungkus sisa sate dan lontong tadi. Sambil basa basi, saya pun penasaran bumbu taichan itu apa?