Minggu, 22 Desember 2013

Soto Medan (7-100)


Soto secara harafiah sebenarnya adalah makanan berkuah. Istilah lainnya adalah sup. Hanya saja kuahnya bermacam macam. Ada yang kaldu hewan saja atau ditambahkan dengan santan atau susu. Bumbu dasar dan penambah kaldunya bergantung kepada kebudayaan dan sumber daya yang ada di daerah soto tersebut berasal.

Soto Medan katanya memiliki kemiripan dengan soto padang. Alasannya sih karena yang bawa makanan ini ke Medan sebenarnya orang padang. Bedanya, soto yang terkenal di Medan ini memiliki kuah yang bersantan. Pangan karbohidrat yang menemani makan sop ini bisa mie, bihun, atau nasi.


Bahan dasar dan protein yang ada dalam resep mudah dicari di pasar swalayan. Untuk kali ini, adalah pertama kalinya saya mengolah jeroan sendiri. Personally, saya nggak terlalu suka sama jeroan. Hanya beberapa jenis yang saya suka. Itupun bergantung kepada orang yang memasaknya. Karena, beberapa orang yang kurang lihai membuat jeroan yang digigit mengeluarkan bau bau tidak enak. Mungkin karena tidak dilakukan penutupan rasa dengan bawang putih, jeruk nipis, jahe, dan penutup bau amis lainnya.

Dari berbagai macam jeroan, yang saya dapat cukup terima dengan baik adalah hati dan paru sapi. Untuk bagian kikil, babat, dan usus entah kenapa saya merasa tidak terlalu menyukainya. Paru yang saya beli di pasar swalayan dalam keadaan beku. Dan ketika saya buka wrapnya, lalu diiris tipis tipis, mengeluarkan banyak darah. Hii... Memang begitu ya? Norak sih memang. Yah namanya juga baru pertama kali buat.

Paru yang pingin saya makan di soto ini adalah paru yang renyah dan tidak berbau amis. Jadilah saya cari cari dulu bagaimana biasanya orang membuat kerupuk paru. Ternyata proses perebusan awalnya adalah dengan cara merebus dengan daun salam dan bawang putih selama tiga jam. Lah, lama banget pikir saya. Ternyata tiga puluh menit saya sebenarnya cukup. Mungkin ukuran parunya saja yang bisa jadi menambah lamanya waktu pengempukkan. Karena waktu itu, saya sudah mengiris iris parunya.

Untuk bagian daging sapi yang saya gunakan di soto ini adalah bagian sengkel. Sengkel sendiri memiliki tekstur sedikit berlemak. Kalau kita gunakan sebagai kaldu akan mengeluarkan sari daging yang membuat kuah soto pada awalnya agak mengental seperti masak agar agar. Selain itu sengkel memiliki tekstur yang agak kenyal ketika digigit nanti. Setelah dagingnya dan paru tadi empuk. Kita tambahkan tingkat kegurihan tadi dengan cara digoreng. Hmm.. Sungguh saya tidak sabat buat cepet cepet menyelesaikan masakan yang satu ini.

Sayangnya saya terkendala lagi dengan kaldu sop yang sudah saya buat. Setelah tahap terakhir menambahkan santan encer, garam, gula, dan lada rasanya masih belum pas. Haduh, kurang gurihnya kenapa ya? Ini bukan perkara kurang garam atau gula tapi ada satu rasa yang kurang kalau dibandingkan dengan soto yang biasa kita makan. Akhirnya saya inget, rasa yang kurang adalah umami.

Kemudian bumbu penyedap rasa daging merek X pun ditambahkan. Dan rasanya menjadi enak. Ibarat kalau dipersentasekan, meningkat 80 persen tingkat lidah kita dalam menerima rasak masakan. Seneng sih makanan saya menjadi enak, begitupun pengakuan dari keluarga saya yang juga makan setelahnya. Tapi ada rasa bersalah sebenarnya. Eh, masa masakan mesti enak kalau pake bumbu penyedap. Padahal kan sudah ada rebusan daging dan santan.

Akhirnya saya mencoba bertanya ke teman baik saya yang pernah menjadi chef di hotel hotel ternama di Jakarta dan Dubai. Memang begitu Ndra. Di hotel kalau kita sudah desperate ya kadang dipake. Makanya kita sebut dengan OB. Hah OB, Office Boy? Bukan, maksudnya obat bego. Jadi dipakainya diem diem, jangan sampe ketawan sama executive chef nya. Kalau di lemari kita simpan dengan label OB. Hahahaha bales saya ketawa. Ternyata untuk memenuhi cita rasa lidah kita yang sudah terbiasa dengan rasa gurih mesti begitu ya. Daripada pada akhirnya komplain dan minta masakan baru, ya sudah penuhi saja apa yang diinginkan oleh pembeli.

Kalau ada yang mengikuti resep di buku dan sukses tanpa memberi MSG, let me know ya.

Rasa: 3 dari 5
Tingkat kesulitan memasak: Mudah
Tingkat kesulitan bahan: Mudah
Modifikasi resep: Diperlukan (Agar tidak menggunakan MSG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar