Jumat, 14 Februari 2014

Mie Aceh yang Mesti pake Kepiting (25-100)


Mie Aceh, makanan jalanan yang berasal dari provinsi yang menjunjung tinggi syariat islam. Biasanya tiap daerah punya sajian khas mie nya masing masing. Di Palembang ada mie celor, di Belitung ada mie atep, di Bandung ada mie kocok, dan kalau di Jakarta mungkin mie abang abang nasi goreng kali ya?

Apa yang membuat Mie Aceh ini spesial? Biasanya sih karena memakai protein kepiting yang membuat rasa gurihnya tambah maknyus. Saya sendiri belum pernah bepergian ke Aceh. Hanya saja ketika jalan jalan ke Medan beberapa tahun yang lalu. Diajaklah kami sekeluarga untuk makan di Mie Titi Bobrok yang menjual Mie Aceh. Ada yang rebus, goreng, dan basah. Saya sudah agak lupa bagaimana tepatnya rasa dan keenakan mie yang waktu itu saya makan. Soalnya benar benar uda keblinger banget sama makanan Medan yang enak dan ajib ajib.

Satu kata kunci untuk rasa yang pasti dikenal kalau makan Mie Aceh adalah: Spicy

Jauh hari sebelum ini, saya sudah mencoba membuat Mie Aceh. Hanya saja waktu itu belum menggunakan kepiting dan mood saya berantakan. Jadinya, kaldu kuah yang ada tidak blending dan kerasa gerusan kacang tanah yang belum halus. Sempat sih saya ingin posting, tetapi niat tersebut saya urungkan.

Baru saja pekan lalu saya mencoba ingin membuat mie ini kembali. Dengan semangat 45 saya pergi ke supermarket besar untuk membeli kepiting. Beruntunglah saya karena sisa satu ekor yang masih hidup dengan ukuran sangat mini. Ya sudah, saya langsung minta ditimbang untuk diberikan label harga. Entah kenapa, si penjaga station seafood kerepotan mencari kode kepiting ini untuk diinput ke dalam timbangan.

Lama menunggu, saya penasaran melihat display freezer, chiller, atau promo yang berada tepat di belakang counter seafood. Disitu saya menemukan ada gurita beku, salmon beku, tuna beku, dan yang terakhir daging kepiting beku. Voila, ini ada yang beku dan isinya sudah hanya daging saja. Untuk sebungkusnya dibandrol dengan harga 40 ribuan.

Saya kembali ke counter seafood dan perjuangan si Mas nya belum usai juga. Sampai harus menghubungi supervisornya lewat handphone. Eh, begitu kodenya sudah didapat, muncullah angka. 
Untuk seekor kepiting yang sangat mini, dihargai dengan 24 ribu.

Jreng !!!

"Baiklah, saya akan membeli yang beku saja kalau begitu. Maafkan saya yah, mas seafood. salah sendiri nyarinya lama"

Kini saatnya saya membuat mie aceh. Kalau waktu dahulu saya mengulek bumbunya. Sekarang saya pakai saja blender dan masukan semua bumbu yang ada di resep hingga halus. Kemudian setelah itu dipisahkan hingga menjadi pasta yang siap dimasak bersama dengan mie.

Mie yang digunakan untuk resep ini sebenarnya adalah mie kuning. Cuma, sewaktu resep yang terdahulu saya mengkhawatirkan kebersihan dari mie kuning yang biasa di jual secara eceran di pasar. Selain itu masih bertanya tanyalah saya, darimana warna kuning yang pekat. Alhasil mie telur yang biasa dipakai untuk yamin lah yang menjadi penggantinya.

Cara mengolah mie apabila bumbunya sudah jadi pun mudah. Pertama, pasta tadi tinggal ditumis dengan sedikit minyak goreng. Kemudian daging kepiting dimasukan hingga bumbu merata. Segera masukan sedikit air untuk mengentalkan bumbu. Dan yang terakhir masukan mie yang sudah direbus sebentar sebelumnya. Jangan lupa kasih garam dan merica apabila belum diberi pada pastanya.

Makan mie aceh tidak lengkap tanpa adanya acar dan emping. Berhubung pakai yang ada saja di rumah jadi saya membuat acar senditi. Yaitu potongan dadu ketimun dan irisan cabai rawit yang diberi cuka dixie dan garam. Kemudian emping nya digantikan dengan kerupuk yang ada saja hehe. Overall, mie aceh yang saya buat tidak memiliki bumbu sekuat yang pernah saya makan sebelumnya di luaran sana. Kalau mau bumbu yang kuat, tinggal tambahkan saja jintan dan merica. Nantinya bumbunya kuat sampai memekakkan hidung hehe.


Rasa: 3.8 dari 5
Tingkat kesulitan memasak: Mudah
Tingkat kesulitan bahan: Sulit (kepiting terkdang musiman)
Modifikasi resep: Tidak terlalu diperlukan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar