Senin, 10 Februari 2014

(23-100) Gulai Itiak Lado Mudo


Gulai bebek bahasa Indonesianya. Makanan khas padang yang masih kental akan santan, medok bumunya, dan pedas efek sampingnya. Lagi-lagi saya harus membeli bebek, yang notabene-nya pasti saya bakal dapet yang kecil, berdaging tipis, dan lebih mahal dari ayam. Dan hal tersebut dibuktikan benar kembali memang ketika membeli bebek kali ini. Tidak ada yang menjual bebek dalam bentuk potingan. Sehingga saya punya whole body yang harus dimasak.

Bebek yang saya dapat, fresh banget dari hidup sampai dipotong potong menjadi 10 bagian. Jadi ya saya datang ke pasar, dealing harga, kemudian menunggu bebek itu kiranya setengah jam untuk mendapatkan bebek yang agak bersih. FYI membersihkan bulu bebek itu lebih sulit dibandingkan bulu ayam. Kesimpulannya memasak bebek memang serba nyebelin dan gak praktisnya mengolahnya.



Sambil menunggu bebek tersebut dicabut-cabuti bulunya, saya menanyakan bagaimana mengolah bebek yang enak supaya gak keras. "Ooh itu mah direbus dulu aja mas, satu jam", kata tukang jagal bebeknya.

"Direbus ya?" pikir saya dalam hati.

Sebenarnya proses pemasakan si lado mudo ini hampir mirip dengan dendeng baracik. Memerlukan proses pengasapan dulu, sampai lemak jatuh dan setelah ditumis dengan bumbu kemudian diungkep hingga dagignya empuk.

DIpikir pikir repot banget buat masak ayam ini, tujuan akhirnya adalah empuk bukan? Lalu saya berpikir, kenapa nggak dipresto aja, susah bener.. Akhirnya saya merombak total resep yang ada. Jadi beginilah resepnya:

Pertama, bebek yang sudah dibeli dibersihkan kembali di air mengalir karena bulu bulu sisanya pasti masih menempel.
Kedua, haluskan bumbu sebagai berikut: 10 siung bawang merah, 10 siung bawang putih, 100 g cabai hijau. 50 gram cabai merah, 1 cm kunyit, 1 cm jahe, dan 2 buah kemiri
Ketiga, setelah halus tumis bumbunya dan masukan daun kunyit daun jeruk serta serai, masak bersamaan dengan bebek
Keempat, masukan bebek tadi ke dalam panci presto. Setelah berbunyi, masak selama setengah jam Karena kata sebuah blog kalau emmeasaknya lebih dari waktu tersebut, bebek bisa hancur.

Sampai langkah keempat saya pikir akan jadilah bebek seperti yang ada di gambar pada buku. Eh ternyata, setelah dipresto bebek tersebut mengeluarkan air yang banyak hingga setengah wadah bebek. Ini mah kayak sop jadinya -_-. Jadilah saya mengangkat dan memasaknya kembali di sebuah fry pan agar airnya meresap dan hilang sepertiganya.

Untuk daging rasanya sudah empuk akan tetapi masih kental akan amisnya si bebek tadi. Sehingga saya masukkan 2 buah asam kandis dan perasan jeruk lemon. Lima belas menit setelah me-reduce airnya saya angkat dan coba rasanya. Saya belum pernah mencoba makanan asli ini dari rumah makan yang menjadi rekomendasi Pak Bondan. Memang mengolah bebek menjadi salah satu kelemahan untuk saya.

Bumbu yang dibuat rasanya kurang greget. Entah karena saya tidak menambahkan santan sebagai alternatif atau tidak. Karena menurut buku, ada rumah makan yang memasukan santan dan ada yang tidak. Keaslian rasa lado mudonya pun tidak terlalu pekat. Jadi masakan saya kali ini seperti kehilangan identitas. Sedih ya..

Rasa: 2.5 dari 5
Tingkat kesulitan memasak: Sulit
Tingkat kesulitan bahan: Sedang (bebek kualitas 1)
Modifikasi resep: Diperlukan(mengasap bebek dan mengempukannya)

1 komentar:

  1. br tau klo itiknya hrs diasap/ bibakar dulu biar minyaknya turun...
    kayaknya patut dicobainn nih triknya!
    btw, biar postingannya menarik ada baiknya diantara penjelasannya diselipin foto mas, biar lbh menarik buat pembaca ....

    BalasHapus