Selasa, 07 Januari 2014

Ayam Pinandar (12-100)

Olahan ayam khas Batak ini katanya Pak Bondan sih jarang ada di menu menu lapo atau restoran batak. Alasannya karena resep aslinya menggunakan darah ayam. Untuk pemegang agama islam, darah diharamkan. Katanya sih dengan adanya tambahan darah di masakan membuat rasanya menjadi semakin gurih dan sedap. Ya kalau diulik ulik lagi dalam darah kan memang terkandung protein yang seharusnya memang bisa membuat gurih.

Ayam pinandar yang saya masak tentu saja tanpa menggunakan darah ayam. Kalau dipikir pikir bumbu yang ada di atasnya bisa diibaratkan sebagai saus layaknya pecel. Tetapi kandungan utamanya adalah hati ayam yang diblender dan dicampur dengan santan. Hati ayam sudah memiliki rasa gurih dari lemaknya. Begitu juga dengan santan. Jadi buat apa mesti ditambah bumbu penyedap atau darah ayam.


Seharusnya sih ya, ayam yang dipakai itu ayam kampung. Berhubung ayam kampung mahal dan yang banyak dagingnya lebih mahal lagi. Jatuhlah potongan ayam fillet yang dibentuk dadu menjadi pilihan hemat dan praktis saya. Semua bagiannya pasti bisa dimakan. Matangnya cepat dan semua bumbu bisa meresap.

Ayam yang harus dibakar hanya saya cukupkan dengan dimasak di wajan saja. Untuk bumbu pinandarnya, saya gunakan blender untuk menghaluskan hati ayam serta bumbu rempahnya. Ternyata tidak sulit lho untuk melumatkan hati ayam. Oya untuk info tambahan yang baru pertama masak hati ayam kaya saya. Kalau membeli di pasaran, terkadang si hati itu masih melekat dengan bagian rempelanya. Jadi jangan lupa ya untuk dipisah.

Overall setelah lumatan hati ayam dimasak dan dicampur dengan santan, rasanya menjadi pedes banget. Ya pantes saja, ternyata ada andaliman dan cabai yang bersatu padu di dalamnya. Ketika bumbu tadi disajikan dengan ayam, rasanya sih memang blended. Hanya, terkadang orang mungkin tidak terlalu berselera dengan hati ayam, termasuk saya. Jadi kesan yang didpatkan mahteh, agak amis, dan pedas ketika mencobanya. 

Akhirnya saya kepikiran, mungkin memang masakan ini lebih enak kalau ditambah darah ya. Kali..

4 komentar:

  1. Kalo ambil quotes dari comment food passionist lainnya, gak perlu di remove commentnya mas, kurang etis loh......
    kan anak kuliahan, seharusnya tau etika tulis-menulis.....
    btw, aku temennya elfrida yuliansari

    BalasHapus
  2. Lho iya ya. Kenapa bisa keapus begini. Anyway sya aja baru ngeh. So no hard feeling ya. Nanti sya ganti pasword dh. Sepertinya ada yg ngehack. Terakhir malah saya bales komen di postingan ino. Ooh si dede, temen dari mana?

    BalasHapus
  3. Oh, gitu ya, kirain di removed on purpose mas, hehehe
    no hard feeling for sure then....
    aku tmen sekelas dedek wkt SMA di Palembang
    btw, salut deh sama blog n passionnya mas Renandra, sampe foraging ke pasar tradisional ngumpulin asam2 n bahan2 masakan ethnic indonesia lainya
    keep sharing and ispiring then.......
    yg tennen dr pak bondan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kayanya bukan di hack, tapi ada sistem di blogger ini yang sya gak ngeh. Soalnya sampai saya posting yang ke berapa gitu, baru ada tampilan komentar di home page saya. Sebelumnya gak ada (memang belom pernah ada yang komen si..). Nah seaktu waktu muncul di home page, section comment-nya juga zero, Kok bisa ya?

      Hapus