Jumat, 17 Februari 2017

Ikut Lomba Part 3

Perbedaan part 2 dan 3 tentunya sangat signifikan dari segi kesibukan, budget, dan pengalaman. Beruntung di lomba kali ini, gua bisa satu tim dengan Adi. Orang yang passion dan skill nya sangat kuat di dunia videografi, fotografi, dan persinetronan (bukan drama dalam tanda kutip lho). Selain itu, Adi pernah bekerja di bidang marketing food industry, dimana tahu dengan benar angle angle yang oke untuk mengambil gambar maupun video.

Untuk janjian dengan saya memang tidak mudah. Adi yang sibuknya macem macem dan saya yang kerja office hour ditambah deadline lomba yang sudah sangat dekat menjadi kendala utama buat kita berdua. Setelah melalui proses dealing waktu janjian yang agak rumit, akhirnya kami setuju mengerjakan lomba di Hari Selasa, dimana lima hari setelahnya (Hari Minggu) video sudah harus dikirim ke panitia.


Selasa
Selekas saya pulang kerja, kami janjian di Stasiun Manggarai untuk mengerjakan video di Apartemen Adi. Kala itu jam sudah menunjukkan pukul 19.00 dan tantangan pertama pun tiba. Ternyata Adi belum sempat membeli bahan yang akan nanti dimasak. Akhirnya setelah sampai di Stasiun Cakung, dengan cepat kami langsung memesan Uber ke supermarket terdekat. Kalau waktu masih jadi Mahasiswa, mikir 10 kali untuk belanja di supermarket, hehe. Kata Adi, supermarket X itu menjual bahan bahan paling lengkap se-Cakung. Saya pun yang bukan Akamsi (anak kampong situ) manggut manggut ikut aja

Sesampainya di supermarket, semua list barang yang saya cari sudah masuk ke troli belanja. Kecuali satu barang. Yaitu benda pokok yang harus ada dalam lomba, dialah TEMPE. Kami sudah meminta untuk diperiksa di gudang, namun tempe yang mereka miliki sudah habis. Saya pun Cuma bisa pasrah total aja sama Adi. Bantu doa aja gitu supaya tetep bisa ikutan lomba.

Adi pun puter otak untuk mampir ke pasar tradisional yang dekat dari supermarket tadi. Kita pun langusng pesan uber lagi dan minta pengemudi untuk berhenti sebentar di pasar yang kami minta. Adi pun langsung turun di kegelapan malam, meningglkan gua dan si abang driver di dalam mobil (drama).

Saat itu hujan sudah mulai rintik rintik turun. Saya hanya bisa melihat dari jendela mobil, lapak lapak yang dibatasi gang kecil tanpa lampu penerengan. Curiga kalau pasar ini sudah tutup. Walaupun ada beberapa pedagang yang masih kelihatan berlalu lalang, berharap Adi ketemu sama yang namanya tempe.

Lima menit menunggu, Adi membuka pintu. “Yah, Ndra gak ada. Udah pada tutup tokonya. Nanti baru buka lagi jam dua pagi”. Gubrak…

Kami berduapun akhirnya berpikir keras sambil meminta abang driver menuju apartemennya Adi. Salah satunya mencari tukang gorengan atau pecel kaki lima. Dua jenis pedagang itu biasanya menjual tempe. Tetapi kata Adi, kecil kemungkinannya. DI dekat apartemennya pun, nggak ada tukang yang jualan seperti itu.

Saya pun menarik napas dalam dalam menenangkan pikiran. Sedangkan Adi menguap seluap luapnya.

Wah, kayaknya memang butuh istirahat dulu sih ini, pikir saya dalam hati. Wajar lah, kita sudah beraktivitas seharian penuh dan saat itu jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Kami pun tiba di apartemen.

Hujan yang tadinya rintik, sekarang semakin deras. Akhirnya kita putuskan untuk beli tempe dengan go mart selepas jam dua pagi nanti. SAKING NIATNYA Jadi jam dua akan beli tempe. Dan shootingnya? Ya pagi pagi habis subuh. Padahal saya juga harus berangkat kerja

Selepas Adi tidur dan pastinya sudah men-set alarm. Saya menyiapkan bahan bahan yang nanti akan dimasak. Nah nyiapin bahan masak ini adalah pekerjaan paling lama. Apalagi saya berada di dapur orang yang belum pernah saya pakai sama sekali. Semua container yang dia punya, dengan warna apapun saya pergunakan semaksimal mungkin.

30 menit total waktu saya menyiapkan semua bahan, dan akhirnya kelar juga. Saya bisa menset alarm dan menyusul untuk beristirahat juga.

Rabu
Waktu menunjukkan pukul jam tiga pagi, ketika itu alarm kami berdua saling bersahut sahutan. Membuat bunyi irama yang sangat tidak harmonis. Hujan masih terdengar semi gemericiknya di telinga saya. Adi pun memaksakan diri bangun sejenak, memesan gojek untuk belanja, sambil terkadang ngomel karena sinyal internet muncul dan tenggelam ketika hujan turun. Hingga beberapa menit tidak ada suara dari kamar dimana Adi tidur. Awalnya gua curiga, ini sudah dapat belum ya. Tetapi Adi kemudian mengangkat telepon dan berbicara untuk membeli jumlah tempe yang kami butuhkan. Saya pun lega seketika, “berarti jadi ini syuting pagi pagi buta”.

Setengah jam dari Adi menerima telepon, terdengar ada suara ketukan dari pintu. Akhirnya tempe yang kami pesan pun datang, dan kondisinya. Masih hangat seakan akan baru datang dari pengrajin tempe. Kami pun lega dan bersyukur sejenak dan kembali menset alarm pukul 4.30 untuk mengerjakan dua masakan yang harus divideokan.

Tepat setelah Subuh, kami memulai proses syuting. Adi pun sudah kembali tenaganya. Dengan bakatnya dia membantu menata susuna bahan yang sudah saya siapkan, angle dimana saya berdiri, hingga menyuruh saya cuci muka dengan sabun karena berminyak (efek bangun tidur).

Proses pengambilan take makanan pertama dan kedua bisa dibilang mengagumkan. Kenapa? Karena tidak bisa yang dibilang dua kali take. Saya pun harus mengejar waktu karena harus berangkat kerja. Malahan resep kedua yaitu bakwan tempe lebih memukau karena dibantu lighting pagi yang lebih terang. Walaupun hati berdebar karena mengejar waktu, tetapi hati pun senang karena gua dapet banyak banget ilmu dan pengalaman. Apalagi Adi ngedirect dengan sangat serius.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.10. Saya mempunyai waktu mandi lima menit, disusul dengan memesan motor online untuk sampai ke kantor. Dengan kondisi yang terburu buru, saya Cuma mendengar sayup sayup, kalau rasa dari makanan yang saya buat, lumayan. Kata Adi,
1/3 dari lomba itu pun usai. Masih ada 2/3 sisanya yang belum diceritakan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar