Panganan khas Batak ini sudah terkenal kemana mana, namanya arsik ikan mas. Kalau ditelaah cara memasaknya seperti pepes yaitu dikukus. Bedanya, kalau di daerah sunda, ikan masnya dikukus dengan daun pisang. Sedangkan arsik ini dimasak dengan cara ditim pada wajan. Supaya nggak lengket, pada alas wajan dilapisi potongan kacang panjang, sereh, dan lokio terlebih dahulu supaya nggak lengket.
Ada cerita dibalik saya membuat ikan arsik ini. Sewaktu saya membeli andaliman dan bunga kecombrang di Pasar Minggu, saya sempat menanya sama inang yang jualan. Bu,gimana kalau saya ganti ikannya jadi gurame soalnya durinya banyak kalau ikan mas. Nggak enak dek, dipresto aja ikannya jadi bisa dimakan. Presto, iya juga sih, akhirnya saya menanyakan ke Mbak Ani, apakah kita masih punya panci presto. Dan voila, panci prestonya ada dan gak pernah dipake.
Ada cerita sedikit dari sebuah panci presto yang tersisa itu. Jadi suatu hari di tahun 1994, saya, abang saya, dan Mbak Ani sedang menonton televisi di rumah. Saat itu kami tinggal di sebuah kompleks daerah Cipete. Tiba tiba sesosok perempuan yang berusia tidak begitu jauh dari Mbak Ani masuk ke dalam rumah lalu menyapa kami bertiga.
Mbak Ani ditepok punggungnya dan langsung pembicaraan seakan akan kami semua mengenal sosoknya. Dia mengaku bernama Lia, anak dari saudara jauh kami yang datang untuk meminjam peralatan memasak. Ceritanya nanti sore akan ada acara keluarga di bilangan Condet. Lia ini tahu nama kami bertiga.
Saat itu saya masih duduk di bangku taman sekolah, yang pasti nggak kenal juga sama mbak yang satu in. Abang saya pun hanya berjarak tiga tahun dari saya. Jadi yang mengayomi si Lia hanyalah Mbak Ani. Tidak lama Mbak Ani dibawa ke dapur dan diminta untuk menunjukkan alat alat masak apa saja yang bisa dipinjem. Ada mixer, oven, alat pencetak kue elektrik, dan sendok garpu. Entah kenapa, panci presto tersebut merupakan salah satu barang yang tidak terbawa lho.Setelah memilih milih barang, Mbak Ani pun langsung dimintai tolong untuk menemani ke luar kompleks untuk diantarkan ke taksi.
Dan selama itulah ternyata Mbak Ani dihipnotis. Barang yang mungkin kalau dilihat pada tahun itu memiliki nilai beli yang tinggi raib dari rumah kami. Ya kalau ditinjau lagi, kami masih bersyukur tidak ada kejadian luka melukai hingga bunuh bunuhan sih. Tapi kalau diingat ingat, saya sempat trauna karena merasa bahwa kompleks kami tidak aman.
Eh kepanjangan ya ceritanya? Baiklah jadi begini kelanjutan mengolah arsik ikan masnya. Hari itu pertama kalinya saya mempresto suatu makanan. Jadi pancinya diletakkan di atas dan dalam bungkusan plastik yang penuh debu dan minyak (ketahuan banget gak pernah dipake). Tapi performa panci ini masih oke, jadi saya hanya cukup mencuci saja bagian luarnya.
Untuk mempresto ikan mas seukuran tiga kecil kecil yang kalo ditotal mungkin cuma 1 kg-an. Diperlukan waktu 30 menit setelah ada desisan dan putaran dari katup kecil yang unyu unyu. Setelah desisan selesai, didiamkan dulu hingga kondisi panci tidak panas dan tutup mudah dibuka. Sayangnya, ikan yang saya masak lupa untuk dibumbuin dahulu kaya mau mempepes. Jadi plain saja kondisinya. Sehingga bumbu yang ada kurang meresap.
Tetapi setelah saya tim sebentar dengan bumbu bumbu lainnya. Rasanya sangat blended sekali. Ada kecut, pedas, gurih, dan harum. Kecutnya didapatkan dari asam patikala dan gelugur. Rasa pedas didapatkan dari cabai dan andaliman. Gurih dan lunaknya duri ikan mas, membuat saya tergugah buat ngabisin ikan mas itu seperti pepes ikan mas majalaya. Sedangkan harumnya didapatkan dari bunga kecombrang. Lengkaplah sudah masakan ini menjadi terkenal kalau kata saya. Menurut saya personal, ini adalah makanan Batak terenak yang ada di resep buku Pak Bondan sehingga wajib dicoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar