Sekilas kalo saya lihat gambarnya gak terlalu beda yah dengan mie instan, hehe. Oke, inilah Mie Celor salah satu kuliner berbahan dasar mie khas Sumatra Selatan. Celor didapatkan dari kata celup, ya dalam pembuatannya, mie yang ada dicelup ke dalam air mendidih agar lunak kemudian dimasukkan ke kaldu.
Yang membuat beda kaldunya dengan mie yang lain ternyata adalah variasi bumbunya. Saya pun sempat search di google membuktikan kalau resep yang ada di buku tidak salah. Kaldu untuk membuat kuah mie celor didapatkan hanya dari saripati kepala dan kulit udang tanpa bumbu seperti bawang merah atau putih sama sekali. Padahal kita tahu sendiri kalau sumber kotoran pada udang terletak pada kepalanya. Hehe, tapi mungkin kalau untuk kaldu saja tidak masalah kali ya.
Seharusnya kaldu udang yang dibuat, dibungkus dengan kain kasa. Sehingga kotoran yang lepas dari sela-sela kulit atau kepala tidak mengotori warna kaldu. Nah, berhubung saya tidak punya kain kasa, jadilah saringan seadanya yang saya gunakan untuk merebus kulit udang. Kemudian kaldu yang sudah jadi tinggal ditambahkan kocokan telur, terigu, santan, garam, merica, dan sereh supaya tidak terlalu amis. Saya mencoba membuat kaldunya tidak medok dengan santan, sehingga rasanya tidak terlalu kentara seperti laksa,
Proses selanjutnya dalam membuat mie celor adalah merebus mie dan tauge pada panci terpisah. Gunanya, agat hasil perebusaan tidak mempegaruhi rasa dari kaldu yang sudah kita buat. Seharusnya sih menggunakan mie kuning. Cuma karena alasan khawatir dengan kualitas mie kuning di pasaran, saya menggunakan mie telur basah yang siap pakai.
Isi dari mie celor sendiri adalah potongan udang, telur rebus, dan tauge rebus. Ada kejadian lucu sewaktu saya ingin menampilkan telur rebus untuk hiasan. Saya sudah merebus telur di panci terpisah dan mencoba mengupas kulitnya. Tidak tahunya, telur tersebut belum matang secara sempurna. Hal ini terlihat dari penampakan kuning telur yang masih agak basah.
Ide punya ide, saya coba mematangkannya di microwave dengan waktu empat menit. Telur tersebut saya taro di sebuah mangkuk kaca. Setelah tombol start saya pencer, saya meninggalkannya untuk menata mie celor tadi di dapur. Tidak lama terdengar bunyi letusan dari dalam. Saya pun langsung melengos, mengecek ada apa. Namun tidak ada satu hal pun yang mencurigakan dari dalam. Begitu pun dengan luar rumah yang tidak ada tanda tanda ganjil apapun.
Saya pun kembali asik menata mie celor tadi. Begitu masuk menuju microwave, eh nggak tahunya bunyi tadi berasal dari telur yang saya panasi. Sekitaran microwave penuh dengan bercak putih dan kuning telur yang muncrat kemana mana seperti bom yang meledak. Saya pun melihat isi dalam microwave, dan tidak ada kerusakan untuk alatnya. Entah bagaimana, pintu micro langsung terbuka begitu terjadi ledakan dalam telur.
Mbak Ani yang sempat mendengar pun langsung masuk ke dalam dan membantu membersihkan. Katanya dia pun takut kalau menghangatkan telur seperti gudeg, Karena yang sudah matang pun bisa meledak kalau dalam suhu dan tekanan yang tinggi. Owalah.. Pelajaran baru untuk saya hari itu.
Sajian mie celor saya pun kurang lengkap tanpa telur rebus dan irisan daun kucai yang habis di pasar. Rasanya menurut saya lezat dan sangat udang sekali tanpa ada pengganggu yang lain. Itu juga karena saya membuat kaldunya yang light tanpa santan yang medok. Rasa pedas yang saya tambahkan dari irisan cabai rawit menambah kenikmatan dalam memakan mie yang bersasal dari Sumatra Selatan tersebut.
Rasa: 3.9 dari 5
Tingkat kesulitan memasak: Mudah
Tingkat kesulitan bahan: Mudah
Modifikasi resep: Tidak terlalu diperlukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar