Budaya Korea tidak bisa disangkal lagi sudah mewabah ke seluruh negara. Bahkan kulinernya pun bisa ikut diglobalisasikan. Cobalah tengok mall mall, pasti ada setidaknya satu restoran lokal atau franchise luar yang menawarkan sajian khas Korea. Menunya ada bibimbap lah, toppoki lah, dan banyak lagi dengan nama yang beraneka ragam. Tingkat keenakan dan rasa makanan khas Korea menurut saya disesuaikan lagi dengan lidah masing masing orang. Dibandingkan dengan makanan khas Jepang yang dominan ber-taste asin, gurih, dan plain, makanan khas korea punya rasa yang berbeda. Ada yang rasanya pedas, manis, dan gurih. Kesamaannya, bumbu bumbu dua masakan ini harganya muahal.
Oke, kalau gitu bagaimana dengan makanan yang bernama Anyang? Anyang ternyata bukan makanan korea loh. Haha anda tertipu gak sih saya udah cuap cuap di paragraf satu tentang makanan korea? Nggak ya? Yaudin deh. Ngomong ngomong, saya agak terkaget kaget ketika mencari cari resep sayuran di buku ini. Kok sedikit banget ya? Kalaupun saya masak kari atau masakan bersantan lainnya, tampaknya tidak ada sayur mayur yang bisa mendampingi kecuali acar timun yang sudah diberi cuka. Memang setidak kreatifkah nenek moyang kita dalam mengolah sayur ya?
Anyang adalah sayuran khas Sumatra Barat yang mirip banget sama urapnya orang jawa. Bedanya, kelapa parut yang ada di anyang ini dibuat serundeng terlebih dahulu. Sayurannya pun tidak jauh berbeda, bisa daun kangkung, daun singkong, tauge, daun pepaya, bunga pepaya, daun pakis, dan jantung pisang. Kalau dipikir pikir semua daun daun itu rasanya jaman dulu tinggal petik di kebun mungkin yah. Jadi kalau tidak punya duit untuk belanja maka orang zaman dulu makan apa yang ada dari kebun (teori asal-asalan saya lho).
Fyi, saya tidak tahu kenapa di antara teman teman saya yang berasal dari daerah Sumatra Utara ini tidak ada yang mengetahui masakan anyang ini. Begitu juga seorang pedagang bumbu batak di Pasar minggu. Katanya itu makanan orang kaya kali Dik. Lah, masa zaman dulu orang kaya makannya sayuran direbus begini. Jadi saya masih belum paham banget tentang sejarah makanan yang mirip dengan urap ini.
Untuk percobaan saya kali ini, saya gak bisa sembarang metik sayuran yang ada di kebun saya. Pertama sih memang tanaman yang ada ya tidak untuk dikonsumsi. Pakis yang ada pun, pakis tanaman hias. Yakali deh, kalo kita makan akan menghiasi diri kita supaya lebih ganteng atau cantik.
Sayuran yang saya pakai di resep kali ini cukup tiga yaitu tauge, daun pakis, dan daun kangkung. Sebenernya si Pak Bondan bilang, yang enak adalah dengan jantung pisang. Tapi.. di rumah saya punya trauma dalam mengolah berbagai jantung pisang. Kalau jantung pisangnya yang enak bisa menghasilkan tekstur yang seperti suiran daging sapi. Tapi kalau salah pilih, bisa bsia teksturnya keras dan rasanya pahit nggak karuan.
masih mentah |
Pari yang saya sudah beli, dibersihkan dulu hingga ke bagian saluran kotorannya keluar semua. Kemudian dilumuri dengan garam dan jeruk nipis. Kalau sudah merata, saya nyalakan fry pan grill dan memasaknya hingga matang di kedua sisi. Sedikit minyak kadang saya taruh biar tingkat kegurihannya blending. Ternyata rasanya lumayan, dengan daging yang sedikit agak tebal, rasa gurih dan tidak amis membuat saya berpikir pengolahan daging pari ini sukses.
Pengolahan sayur Anyang mudah kok, bisa direbus atau dikukus. Yang pasti jangan mentah pada.intinya. Setelah sayuran matang, bumbu taburan yang terbuat dari tumbukan serundeng, irisan bawang merah, cabai merah, dan ebi siap disajikan di atas piring. Ketika saya coba, perpaduan antara ikan pari, sayuran rebus, dan serundeng memang cukup pas. Yang kurang adalah, saya tidak begitu menyukai sayuran yang hanya direbus saja. Jadinya mungkin tidak begitu menikmati. Hehe, i am truly Indonesian, padahal negara agraris tapi gak gitu suka panganan sayur lokal.
hampir jadii |
Rasa: 2.5 dari 5
Tingkat kesulitan memasak: Mudah
Tingkat kesulitan bahan: Mudah
Modifikasi resep: Diperlukan (ketidaktahuan rasanya asli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar